Pengembangan Desa Wisata Kertarahayu Mitra Binaan CSR PT. Cikarang Listrindo Tbk di Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi

Authors

  • Atirista Nainggolan Nainggolan Politeknik Kesejahteraan Sosial

DOI:

https://doi.org/10.31595/biyan.v6i1.1188

Keywords:

Tourism village development, tourism village, pentahelix collaboration

Abstract

The development of tourism villages in a sustainable manner is expected to be able to provide a domino effect in the form of increased income, improved environmental quality, which has an impact on improving the welfare of the community and still pay attention to socio-cultural aspects.  However, in reality, tourism villages have not been able to have a significant impact on increasing the income of the village community; have not been able to improve the skills of villagers to manage their village attractions and have not been able to increase community participation optimally. Kertarahayu Village is one of the villages assisted by PT Cikarang Listrindo as a form of corporate social and environmental responsibility. This study aimed to obtain an empirical description of how PT Cikarang Listrindo provides assistance to the Kertarahayu village Pokdarwis in developing the Kertarahayu tourism village from the economic, social, environmental and partnership strengthening aspects. This research used a qualitative approach with descriptive analysis methods. Data collection techniques were carried out by in-depth interviews, observation and documentation studies. The results showed that: 1) the development of tourist villages from the economic aspect has not optimally had a positive impact on increasing community income; 2) the development of tourist villages from the social aspect has not been able to significantly mobilise community participation to be involved in the management of tourist villages; 3) the development of tourist villages from the environmental aspect, has not been able to optimally carry out planting rare trees and fruit-tourism in the yard and still low awareness of maintaining environmental cleanliness; 4) the development of tourist villages from the aspect of strengthening partnerships, still not able to optimally collaborate with stakeholders for the development of tourist villages. Based on these problems, efforts are needed to develop tourism villages by applying the pentahelix collaboration model as a strategy for the development of kertarahayu tourism village in the future, where these five elements: government, community, business world, universities/academics and social media are united in coordinating and committing to developing kertarahayu tourism village. Pengembangan desa wisata secara berkelanjutan diharapkan mampu memberikan efek domino berupa peningkatan pendapatan, peningkatan kualitas lingkungan hidup, yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya dan tetap memperhatikan aspek sosial budaya.  Namun realitasnya desa wisata belum mampu memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan pendapatan masyarakat desanya; belum mampu meningkatkan keterampilan warga desa untuk mengelola objek wisata desanya serta belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat secara optimal. Desa Kertarahayu merupakan salah satu desa binaan PT. Cikarang Listrindo sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. PT. Cikarang Listrindo Tbk memberikan pendampingan terhadap pengembangan desa wisata Kertarahayu melalui program CSR perusahaan berkolaborasi dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa wisata Kertarahayu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara empiris tentang bagaimana PT. Cikarang Listrindo memberikan pendampingan kepada kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa kertarahayu untuk melakukan pengembangan desa wisata Kertarahayu dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan hidup dan penguatan kemitraan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)pengembangan desa wisata dari aspek ekonomi belum secara optimal memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat; 2)pengembangan desa wisata dari aspek sosial belum mampu secara signifikan menggerakkan partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pengelolaan desa wisata; 3) pengembangan desa wisata dari aspek lingkungan hidup, belum optimal melaksanakan penanaman pohon langka dan eduwisata buah-buhan di pekarangan rumah serta masih rendahnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan; 4) pengembangan desa wisata dari aspek penguatan kemitraan, masih belum mampu secara optimal berkolaborasi dengan stakeholder untuk pengembangan desa wisata. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan upaya pengembangan desa wisata dengan menerapkan model kolaborasi pentahelix sebagai strategi pengembangan desa wisata kertarahayu ke depan, dimana lima unsur ini: pemerintah, masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi/akademisi dan media sosial bersatu padu berkoordinasi dan berkomitmen untuk mengembangkan desa wisata kertarahayu.

References

Agnes Wirdayanti et al., Pedoman Desa Wisata, II, Juni 2 (Jakarta: Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, 2021).

Chambers, R. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Oxam-Kansius. 1995.

Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.

Calzada, I. (2019) ‘Local entrepreneurship through a multistakeholders’ tourism living

lab in the post-violence/peripheral era in the Basque Country’, Regional Science

Policy and Practice, 11(3). doi: 10.1111/rsp3.12130

Digna Merian. Andriyani and I. Nyoman. Sunarta, “Pengelolaan Desa Wisata Belimbing Menuju Pariwisata Berkelanjutan Kecamatan Pupuan, Kabupate Tabanan, Bali,” Jurnal Destinasi Pariwisata, Vol. 3, No. 1, 2015. Dinas Pariiwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Ponorogo. Desa Wisata,Konsep Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Diakses pada 10 Aprilm 2023.

https://disbudparpora.ponorogo.go.id/desa-wisata-konsep-pariwisata- berkelanjutan-berbasis-pemberdayaan-masyarakat/

Emerson,K, Nabatchi,T. and Balogh,S. (2012) An integrative framework for collaborative governance, Journal of Public Administration Research and Theory,22(1). Doi: 10.1093/jopart/mur011

Firman Syah, “Strategi Mengembangkan Desa Wisata,” (Makalah dalam Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu &Call For Papers Unisbank Ke-3(SENDI_ U3), 2017).

Fildzah A’inun N, Hetty Krisnani, & Rudi Saprudin Darwis. 2015. Pengembangan Desa Wisata melalui Konsep Community Based Tourism. Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. UNPAD. Vol.2 No. 3.

Green, Gary Paul dan Anna Haines. 2012. Asset Building & Community Development. 3rd Edition. USA:SAGE

Green, Gary Paul dan Anna Haines. 2012. Asset Building & Community Development. 3rd Edition. USA:SAGE

Gray, Mel, James Midgley dan Stephen A. Webb. 2012. Social Work Perspective dalam Mel Gray, James Midgley and Stephen A. Webb (Ed). The SAGE Handbook of Social Work. London: SAGE

G.S. Sastrayuda, Konsep Pengembangan Desa Wisata Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and Leisure, Strategi Pengembangan dan

Pengelolaan Resort and Leisure (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2017).

Haryo Limanseto, “Pembangunan Kepariwisataan Melalui Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi,” Menko Perekonomian, https://www.ekon.go.id/publikasi/ detail/3520/pembangunan-kepariwisataan-melaluipengembangan-desa- wisata-untuk-meningkatkan-pertumbuhan-ekonomi.

Ify. Community Development: Creating Community Alternatives: Vision, Analysis, and Practice, 1995.

Irwan and Andi Agustang, “Strategi Keberdayaan Masyarakat Menuju Desa Wisata Berbasis Masyarakat Yang Berkelanjutan,” (Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian 2021 “Penguatan Riset, Inovasi, Dan Kreativitas Peneliti Di Era Pandemi Covid-19, 2021).

Jhon A. Pearce and Richard Robinson, Jr, Strategic Management: Formulation, Implementation and Control, 12th Ed, Jakarta: Mc Graw-Hill Education and Salemba Empat, 2013

Kemenparekraf, “Jumlah Desa Wisata Mandiri,” Kemenparekraf. https://jadesta.kemenparekraf.go.id/ desa/kategori/74.

Miley, Karla Krogsrud., Michael O’Melia dan Brenda Dubois. 2004. Generalist Social Work Practice: An Empowering Approaches. Fourth Edition. Boston: Pearson.

Masterplandesa.com.23 Juni 2020. Desa Wisata Menjawab Tren Wisata Alternatif. https://www.masterplandesa.com/wisata/desa-wisata- menjawab-tren-wisata-alternatif/

Masterplandesa.com. Desa Wisata : Sebuah Wadah Pengembangan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat.

M. Antara and I.N.S. Arida, Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal (Bali: Universitas Udayana, 2015);

Payne, Malcolm. 2014. Modern Social Work Theory. 4th Edition. Chicago: Lyceum Books,Inc.

Rothwell, David W. 2012. The Case for Asset-based Intervention with Indigenois People: Evidence from Hawai’i. International Social Work (ISW). 54 (1) Hal: 35-50

Selamet Joko Utomo and Bondan Satriawan, “Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang,” Jurnal Neo- Bis, 11(2), (2017).

Saleebey, Dennis. 1992. The Strengths Perspective in Social Work Practice. New York: Longman

Sheafor, Bradford W. and Sharles R. Horejsi. 2003. Techniques and Guidelines for Social Work Practice. Sixth Edition. USA: Person Education Inc.

Badan Pusat Statistik. Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2021.

UNEP and UNWTO, “Making Tourism More Sustainable – A Guide for Policy Makers,” 2005.

Simanungkalit, dkk. (2016). Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Ketenagalistrikan dan Aneka Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.

Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014). Laporan Akhir Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIY. Yogyakarta

Published

2024-07-24

Issue

Section

Artikel